Seperti
yang kita ketahui mabuk mabukan itu sangat berbahaya bagi kesehatan. Untuk itu
janganlah sekali-kali kita mencoba mabuk-mabukan apalagi sampai membuat kita tidak sadarkan
diri dan yang lebih berbahaya lagi adalah akibat fatal yang menimbulkankematian.
Dalam
cerpen berjudul “Prosesi” karya dari M.Shoim Anwar, Guru SMA Alhikmah, Jalan
Kebonsari Elveka V Surabaya, Jawa Timur. Diceritakan tentang prosesi perawatan
jenazah orang yang suka mabuk-manbukan dan dalam cerpen ini ceritanya beralur flash back atau alur mundur sehingga yang diceritakan
bukan langsung prosesi perawatan jenazah melainkan tokoh-tokoh yang berperan
didalamnya membawa cerita ini ke masa sebelum sang jenazah meninggal dunia.
Orang yang suka mabuk-mabukan pada masa hidupnya ini sangking seringnya
mengkonsumsi minuman keras maka tak heran jika dia harus kehilangan nyawanya
sendiri dengan minuman yang haram itu .Kita telah mengetahui bahwa kelakuan
tokoh utama dalam cerpen ini tidak perlu diteladani dalam kehidupan kita, hal
itu sudah jelas tergambar dan tentunya sudah diajarkan kepada kita tentang
dampak buruk yang akan jika kita sudah mabuk-mabukan.
Tegas
juga sudah disampaikan pada ajaran agama bahwa minuman keras itu haram hukumnya
, yang artinya bahwa dilarang kita mengkonsumsinya selain dapat merugikan diri
kita sendiri yaitu dapat menganggu kesehatan kita dan kita juga mendapatkan
dosa yang besar dalam hitungan amal buruk kita. Jadi, kita harus menjauhkan
diri kita dengan barang-barang haram itu dan tidaklah sulit menanamkan pada
diri kita tentang bahaya besar yang terjadi jika kita berani untuk
mengkonsumsinya, sehingga tergerak pada diri kita untuk tidak mengkonsumsi
minuman haram itu…
Kali ini ayo kita mengulas sedikit tentang budaya yang
berkembang di masyarakat kita dan tidak jauh dengan budaya masyarakat jawa yang
berkembang sejak dahulu kala mulai jaman kerajaan sampai saat ini. Yang akan
kita bahas adalah pandangan masyarakat kejawen atau jawa tentang tradisi
percaya pada weton . Misalnya pada acara
sebelum upacara pernikahan atau sunatan , harus melalui hitungan-hitungan yang
bersumber pada weton .Weton sudah
dibawa masyarakat sejak lahir dan katanya sudah merupakan lambang kepribadian
seseorang.
Weton juga memiliki nilai sendiri-sendiri
begitupun dengan hari. Menurut tradisi masyarakat jawa jika penggabungan nilai
weton dan nilai hari tinggi maka peruntungan yang akan diperoleh juga akan
tinggi dan begitu pula sebaliknya. Sedikit ilmu tentang jumlah wetondan hari yang berkembang di masyarakat jawa
adalah : senin memiliki nilai 4, selasa memiliki nilai 3, rabu memiliki nilai
7, kamis memiliki nilai 8, jum’at memiliki nilai 6, saptu memiliki nilai 9 dan
minggu memiliki nilai 5. Sementara weton juga ada nilainya yaitu : legi
memiliki nilai 5, pahing memiliki nilai 9, pon memiliki nilai 7, wage memiliki
nilai 4 dan kliwon memiliki nilai 8.
Berdasarkan itu kita bisa menerawang sedikit jika ada
seseorang yang lahir pada hari saptu
pahing maka peruntungan hidupnya akan tinggi dan jika kita melihat yang
terendah yaitu misalkan ada seseorang yang lahir pada hari selasa wage disuratkan hidupnya tidak begitu memperoleh peruntungan
yang baik. Kita tidak di anjurkan mempercayai hal ini. Kepercayaan masyarakat
jawa tentang peruntungan weton masih saja dirasakan pada masyarakat sekitar
kita, namun seiring perkembangan jaman masyarakat hanya menganggap hal itu
adalah sebuah tradisi yang patut dilestarikan saja dan sebuah warisan dari para
leluhur yang tidak akan pernah terlupakan dan masih saja tetap ada jika akan
melakukan upacara-upacara yang berhubungan dengan masa depan, misalnya pada
upacara penikahan, akan bepergian, dan ritual-ritual lainnya.
Sebelum melangsungkan upacara pernikahan misalnya kedua calon
mempelai jika ingin mendapatkan peruntungan yang baik setelah menikah nanti
harus melalui hitungan-hitungan berdasarkan weton dari mempelai pria dan
mempelai wanita. Dan jodoh pun bisa dilihat melaluihitungan-hitungan weton misalnya saja seorang
lelaki yang lahir pada senin wage
tidak cocok dengan wanita yang lahir pada hari sabtu pahing . perhitungan seperti ini tidak banyak yang mengetahui
dan sebagian besar yang mengetahuinya hayalah orang-orang yang tergolong sudah sepuh.
Jam istirahat telah tiba, aku duduk
terdiam di depan pintu kelas. Terlintas dalam benakku membayangkan sosok yang
tiba-tiba datang melambai-lambai memanggilku dan seperti memiliki nyawa, suara,
perasaan yang kemudian memanggilku untuk bercengkrama.
Kopsis : Ada apa
dikau duduk termangu dalam lamunan sepert itu ?
Aku : aku
binggung apa yang harus ku laku ?
Kopsis:buatapa kau harus binggung ? masih banyak yang
akan kau temui bukan ?
Aku : aku
binggung harus kemana ..
Kopsis : datanglah
padku dan kau akan senang..
Aku : tidak
semua orangmampu disaat seperti ini !!
Kopsis :saat apa?
Saat apa yang kau maksud itu ??
Aku : aku tak
sanggup jika hanya berdiri di depanmu saja !
Kopsis : maksud kamu?
Aku : ketehuilah , saat seperti ini aku tak
mampu mendekatimu karna tak ada selembar rupiah pun yang bersarang pada
sakuku..
Kopsis : baiklah, aku mengerti … tak apa kau
melamunkanku . asalkan kau tak terbawa emosi dan akan berbuat curang padaku..!!
Beberapa menit
kemudian,
Aku terbangun dari lamunanku. Tatkala bel berbunyi
(kkkrrrrriiiiiiiiiiiiiiiinnnnngggggg). Aku tersenyum , tersadar bahwa telah
menghayal sendiri berbincang-bincang dengan tempat yang tak asing itu. Aneh
dot..????????
Film Ketika Cinta Bertasbih membri amanat pada penikmat film akan lahirnya sebuah cinta sejati itu membutuhkan waktu dan tak hanya sekali kita mendapatkannya dan percaya kalau sudah berjodoh pasti akan dipertemukan suatu saat nanti.
Dalam Film Ketika Cinta Bertasbih dapat memberikan motivasi kepada para penonton terutama para remaja tentang cinta yang bernilai relijus dan tidak menyimpang pada norma-norma agama.
Film ini sebagian besar diperankan oleh aktor baru dan hanya terdapat beberapa saja aktor yang tergolong senior sehingga dalam penguasaan akting terlihat kurang menjiwai dan saa mulai timbul konflik hanya beberapa saja yang menonjol sementara konflik yang muncul pada cerita juga kurang menarik dan tidak membawa penonton kedalam alur cerita karena konflik yang muncul membuat agak bosan dan ceritanya hanya begitu-begitu saja. dan mungkin dibuat konflik yang terjadi misalkan pertengkaran-pertengkaran sehingga penonton yang melihat lebih merasa greget dan terbawa kedalam konflik cerita sehingga membuat "Waaahhhh" tidak hanya cerita yang haru biru saja yang dimunculkan melainkan ada suasana yang menegangkan , suasana yang panas dan lain sebagainya.
Kau tau? Aku rela menghisap semua udara kotor itu Demi satu harta musnah di dalam penjara yang terlihat sudah tiada ? Kau tau? Semua tentangmu adalah terindah buatku ? Apa kau tau ? Denganmu, aku ingin sekali berteriak lantang di pinggiran ujung jalan bahwa aku ingin milikimu Sepanjang hidup Apa kau tak pernah menyadari itu ??
Aku selalu mengoreksi diri Apa ada yang salah dengan memori hati ? Apa ada yang salah dengan tangan yang menjunjung tinggi harkatmu ?? Apa aku salah ? Apa salahku ?
Apa serasa dunia ini hanya milikmu ? Tak ada beban membebanimu Sungguh nikmat yang kau rasa !! Kau merasa mentari tak akan muncul Dan kau berbahagia Tertawa lepas Dalam gundukan kemenangan
TAPI. . . .
Disini aku seperti ini , sepi, sendiri , larut untuk kesedihan karnamu ! Aku disini Kau beri nestapa sesak akan titik titik kebodohan Yang menyongsongkan pada kelelahan
Aku lelah Aku ingin berakhir Aku ingin memutar waktu Di mana aku tak pernah mengenalmu Di mana aku masih menjadi lugu Aku ingin itu ..
Saat 'Aku' hidup,
Tawa, senyum mereka hiasi dunia
Saat 'Aku' hidup,
Tak ada kata putus asa
Saat 'Aku' hidup,
Dunia ini bagaikan Surga
'Aku' tak pernah menyalah
Tapi, kenapa 'Aku' slalu disalah ?
'Aku' tak pernah memaksa
Tapi, kenapa 'Aku' dipaksa ?
Inikah takdir 'Aku' ?
Apa yang terjadi kala 'Aku' tiada ?
Mereka akan hancur, lebur bahkan mumur !
Terkapar tak memiliki tuan
Terdampar bengab sepanjang jalan
'Aku' berkata "Rasakan Itu" ?
Aku itu Indah
Aku datang tiba-tiba
Tak ada bayangan yang melambangkan adanya Aku
Kuasa ilahi yang hanya tau Aku
Aku diciptakan dari suatu yang bual
Kebencian dapat merubah jadi Aku
Dan amarah bisa memunculkan Aku
Senyuman diciptakan karna Aku
Tangisan bermunculan karna Aku
Kebahagiaan adalah ujung tombakKu
Pelaminan usaha puncakKu
TAPI. . . . .
Ketika Aku mati
Mereka tak memakamkanKu
Mereka membuangKu
Mereka memusuhiKu
Tak ada ampun buatKu
Ketika Aku Menghilang
Tak ada yang mencariKu
Mereka membenciKu
Tak adakah kesempatan kedua untukKu?
Hidup dan bersemi lagi?
Aku dianggap sebagai Sampah sehingga mereka membuangKu
Aku dianggap sebagai Bangkai sehingga mereka berbondong-bondong
Menendang, mengusir dan menginjakKu
Terucap kata "AKU BENCI KAMU !!"
Bagi yang menodaiKu
"PERGI KAU DARI HIDUPKU !!"
seakan sudah tak butuhkanku
Dan inilah Aku 'CINTA'
KisahKu 'CINTA' ketika Aku buat bahagia mereka memuja, ketika Aku mati mereka menghina. .
Perkara tak sempat terbaca bibir
Itu mengalungkan sejuta rasa dingin yang bergelanyut
Mimpi di tengah lorong berpasiran kelabu dan bersinarkan hawa fajar
Mengusik-ngusik ketenangan
Dalam lorong waktu fajar
Aku hanya bisa tertunduk
Menyaksikan mereka yang tengah lemas dalam dilema
Di dalam lorong waktu fajar
Mereka mengait-gait sisa pejabat
Sisa secuil lauk untuk si buncit di dalam pusar
Di dalam lorong waktu fajar
Berkeliaran bak pacuan kuda dalam medan
Menyisipkan sejuta semilir dingin di sela-sela kulit itu
Betapa tega sang pemakan devisa bangsa
Menyaksikan si kulit kering dan si perut buncit dalam lorong sempit
Berbau dan fajar tiba hanya menjadi harta yang kuasa. .
Aku perih !!
dan melangkah seolah ruang kamar menghentikannya.
Ia memanggilnya Marigold. Dengan kuping berbulu tebal
Ia mendengar laut kuning di bawah jendela
mengalun pasir - meringkih bagai kuda
berbaring di tepinya, tak bisa berdiri
atau seperti burung kakak tua yang tertidur di sampingnya
Ia menyelimutinya dengan syal begitu ikhlas padanya,
menjaganya agar tetap hangat, walau kemudian burung itu mati…
tangan beratnya menopang gaun si betina
menghimpit bungkamnya tidur si betina akar-akar yang memutih
di bawah salju, di samping villa kecil,
di mana suara-suara misterius Bulgaria yang hilang
terdengar di antara kawanan kelinci, bernyanyi sunyi…
Ia merajuk dan menyimpulkan rambutnya.
cairan-cairan minyak membutiri Marigold
tengah kembali tertahan begitu lama tercurah
seperti emas dan butiran permata : Marigold, cintaku!
Analisa_,_
*Judul: Suara-suara Bulgaria, karya Selima Hill
*Kata-kata sulit, Eufoni dan Kakafoni, Makna lugas dan makna kias:
-"Mengalun" mengandung kata yang bagus/eufoni dan bermakna kias
-"Meringkih" mengandung kata yang kurang menyenangkan/kakafoni dan bermakna lambang
-"Mati" kata yang kurang menyenangkan/kakafoni dan bermakna lambang -"Menopang" mengandung kata yang kurang menyenangkan/kakafoni dan bermakna lambang -"Menghimpit" mengandung kata yang kurang menyenangkan/kakafoni dan bermakna lambang -"Merajuk" mengandung kata yang bagus/eufoni dan bermakna kias
*Rima dan irama
Ia menemukan beruang seukuran ibunya
dan melangkah seolah ruang kamar menghentikannya.
Ia memanggilnya Marigold. Dengan kuping berbulu tebal
Ia mendengar laut kuning di bawah jendela
mengalun pasir - meringkih bagai kuda
berbaring di tepinya, tak bisa berdiri
atau seperti burung kakak tua yang tertidur di sampingnya
Ia menyelimutinya dengan syal begitu ikhlas padanya, menjaganya agar tetap hangat, walau kemudian burung itu mati…
tangan beratnya menopang gaun si betina
menghimpit bungkamnya tidur si betina akar-akar yang memutih
di bawah salju, di samping villa kecil,
di mana suara-suara misterius Bulgaria yang hilang
terdengar di antara kawanan kelinci, bernyanyi sunyi…
Ia merajuk dan menyimpulkan rambutnya.
cairan-cairan minyak membutiri Marigold
tengah kembali tertahan begitu lama tercurah
seperti emas dan butiran permata : Marigold, cintaku!
*nya adalah Rima terbuka sempurna *la dan da adalah Rima terbuka tidak sempurna
*Ringkasan
Puisi terjemahan berjudul "Suara-suara Bulgaria" yang berasal dari Bulgaria karangan Selima Hill menceritakan tentang seoarang yang memberikan pertolongan kepada orang yang di ibaratkan adalah beruang yang kemudian diberi nama Marigold yang pada saat itu terlihat kesakitan dan kedinginan akan tetapi akhirnya Marigold meninggal diantara kesunyian dan munculnya suara-suara Bulgaria yang misterius.
*Tema Puisi
Tema puisi ini adalah tentang pengorbanan untuk mempertahankan hidup akan tetapi harus berakhir dengan kematian.
* Pengimajian Puisi
Ia telah menemukan beruang seukuran dan ibunya
dan melangkah seolah-olah jejak ruang kamar menghentikannya.
kemudian Ia memanggilnya Marigold.
Dengan kuping berbulu tebal, memakai tutup telinga
Ia mendengar laut kuning seakan bersuara di bawah jendela
dan bermain-main mengalunkan pasir dan meringkih bagai kuda
dan kesakitan seakan berbaring di tepinya, dan tak bisa berdiri
atau seperti burung kakak tua yang tertidur di sampingnya
Ia menyelimutinya dengan syal begitu ikhlas padanya, menjaganya agar tetap hangat, walau kemudian burung itu mati…
kedua tanganya begitu berat menopang gaun
menghimpit bungkamnya tidur si betina dalam akar-akar yang memutih
tertimbun salju, di sampingnya berdiri villa kecil,
saat itu,
di mana suara-suara misterius Bulgaria mulai hilang
terdengar di antara kawanan kelinci yang bernyanyi sunyi
dalam kepedihan…
Ia merajuk dan menyimpulkan rambutnya.
cairan-cairan minyak membutiri tubuh Marigold
tengah waktu yang kembali tertahan begitu lama dan tercurah
seperti emas dan butiran permata
Ia berkata : "Marigold, cintaku!"
*Nada dan Suasana: Menyedihkan
*Pelukisan dan penalaran puisi
Melukiskan tentang seoarang yang memberikan pertolongan kepada orang yang di ibaratkan adalah beruang yang kemudian diberi nama Marigold yang pada saat itu terlihat kesakitan dan kedinginan akan tetapi akhirnya Marigold meninggal diantara kesunyian dan munculnya suara-suara Bulgaria yang misterius.
*Kenikmatan dan kehikmahan
Penyajiannya menggunakan bahasa yang kurang mudah untuk dipahami, dapat dinikmati oleh setiap pembaca yang suka menikmati puisi-puisi tentang perjuangan. Puisi ini menyampaikan pesan kepada pembaca betapa sedihnya waktu itu karna adanya kematian yang tak pernah terduga akan terjadi.
Pada zaman dahulu kala disebuah padepokan / kerajaan hiduplah sepasang raja dan ratu yang memiliki anak laki-laki yang begitu tampan rupawan dia bernama Raden Panji Inu Kertapati. Raden Panji Inu Kertapati, sejak usia belia sudah dijodohkan dengan putri yang begitu cantik dia bernama Galuh Candra Kirana yang merupakan anak dari Dewi Kinisuli yaitu permaisuri dari padepokan tetangga.
Pada suatu hari Raden Panji Inu Kertapati dan Galuh Candra Kirana sedang asyik bergurau di taman sebelah pasar yang merupakan perbatasan antara kedua kerajaan tersebut.
Panji : “Kirana, jika sudah besar nanti kamu mau nggak jadi istriku ?”
Kirana : “Tentu saja, Panji ! aku mau !“
Panji : “Kalau begitu kamu mau kan menyimpan ini untukku ?” (sambil memberikan
kotak musik)
Kirana : “Apa ini ?”
Panji : “Ini adalah kotak musik pemberian ibuku hadiah ulang tahunku kemarin, dan ini
ada kuncinya dan kotak musik ini hanya bias berbunyi dengan kunci ini” (sambil
memperlihatkan kuncinya)
Kirana : “Apakah tidak apa-apa ?”
Panji : “Emang kenapa ?”
Kirana : “Itukan hadiah dari ibu kamu ?”
Panji : “Tidak apa-apa, ya, ya, mau terima yah ?”
Kirana : “Baiklah…. Panji, aku akan menyimpannya untuk kamu.”
Panji : “Terima kasih Kirana !”
Panji dan Kirana kaget, karena ditengah perbincangan mereka di pasar terdengar suara gemuruh, dan ternyata suara gemuruh tersebut ditimbulkan oleh para perampok yang ingin mengambil segala sesuatu yang ada di pasar.’
Kekacauan dan keributan terjadi, Raden Panji Inu Kertapati langsung ikut para pengawal kerajaan. Sementara itu Galuh Candra Kirana dikejar-kejar oleh para perampok, sampai akhirnya Galuh Candra Kirana tersesat disebuah hutan yang tidak berpenghuni.
Kirana : “Ya Tuhan, dimana aku ini ?, apakah aku tersesat ?”
(Kirana bingung)
“Tuhan….. diaman jalan menuju istana ?, beri aku petunjuk Tuhan !, aku tidak
tahu harus kemana aku melangkah…”
Sementara itu di istana, Ibu Galuh Candra Kirana sangat sedih, sampai-sampai Ibu Galuh Candra Kirana kabur dari istana untuk mencari putrinya. Karena sangat cemas dan khawatir sang ibu masuk ke dalam hutan belantara dimana di hutan tersebut dihuni oleh Kyai Buto Ijo seorang raksasa besar yang baik hati. Karena Ibu Galuh Candra Kirana sudah begitu lelah, maka dia ikut dengan Kyai Buto Ijo untuk tinggal sementara dengannya.
Sementara itu, Galuh Candra Kirana terus berjalan menyusuri hutan belantara yang sangat gelap, dan tiba-tiba ditengah jalan berjumpa dengan seorang wanita yang sudah setengah orang sedang mencari kayu bakar, dia adalah Mbok Rondo Dadapan,karena merasa kasihan kemudian Mbok Rondo Dadapan mengajak Kirana mengajak tinggal bersamanya.
Mbok Rondo Dadapan memliki tiga orang putri yang sangat cantik dan angkuh yaitu Mawar, Kemuning, dan Centini.
Ditengah-tengah Kirana mencuci, tiba-tiba salah satu cucian Kirana hanyut dibawa arus. Kirana mencoba untuk mencarinya, hingga ditengah kepanikannya, Kirana bertemu dengan bapak-bapak yang sedang memandikan kerbaunya.
Kirana : “Pak… apakah bapak melihat pakaian yang hanyut dari atas ?”
Pak Tani : “Tidak……, kok bisa hanyut, bagaimana ceritanya ?”
Kirana : “Tadi… waktu saya mencucinya saya tidak menyadarinya kalau hanyut”
Pak Tani : “Wah… kasihan sekali cah ayu ini…”
Kirana : “Yah.. sudah pak terima kasih….”
Pak Tani : “Iya… cah ayu…”
Kemudian Kirana terus melanjutkan pencariannya sampai ke ujung sungai. Sampai-sampai langkah Kirana terhenti karena melihat kain yang hanyut dibawa arus itu tengah dibawa oleh nenek-nenek yang tengah mencuci beras.
Kirana : “Permisi nek… boleh saya melihat baju itu ?”
Nyai Buto Ijo : “Tentu saja, ini !”
Kirana : “Ya.. ampun, ini baju saya nek…..”
Nyai Buto Ijo : “Enak saja kamu ini, ngaku-ngaku kalau baju ini milik kamu”
(sambil merampas baju dari tangan Kirana)
Kirana : “Lalu, bagaimana nenek tahu kalau baju ini milik nenek ?”
Nyai Buto Ijo : “Iya… tadi aku temukan baju ini hanyut tanpa ada yang memiliknya.”
Kirana : “Baiklah nek… tapi.. aku yang memiliki baju itu.”
Nyai Buto Ijo : “Baiklah…. Kamu ingin baju ini, ada syaratnya….”
Kirana : “Baik… apa itu nek… ?”
Nyai Buto Ijo : “Kelihatannya kamu ini anak yang sangat baik, ikutlah dengan aku, dan
tinggalah denganku.”
Kirana : “Tapi nek… aku masih mempunyai keluarga yang menyayangiku di rumah.”
Nyai Buto Ijo : “Hmm… sepertinya kamu tidak bahagia tinggal dengan keluarga kamu ?”
Kirana : “Mereka tetap keluarga saya, nek… walaupun mereka semua tidak pernah
menganggap saya.” (Kirana linglung)
Nyai Buto Ijo : “Apa…?” (kaget)
Kirana : “Heh… tidak apa-apa, nek….”
Nyai Buto Ijo : “Ya sudah… nenek berharap kamu mau berubah pikiran, dan mau tinggal
bersama nenek suatu saat nanti.”
Kirana : “Sebenarnya saya juga ingin nek… tapi…”
Nyai Buto Ijo : “iya nenek mengerti, sudah sana kembali ke atas terus pulang….”
Kirana : “Baiklah nek… terima kasih”
Nyai Buto Ijo : “ehh… iya, ini baju kamu….”
Kirana : “Iya nek… terima kasih lagi.”
Nyai Buto Ijo : “Iya nak, sama-sama.”
Kemudian Kirana bergegas pulang karena hari sudah semakin petang. Sementara itu, di rumah Mbok Rondo Dadapan bingung mencari baju, karena tadi siang ada pengumuman dari kerajaan bahwa aka nada pesta, dan sang pangeran akan mencari pendamping hidupnya.
Mawar : “Aduuh… emak ini cari apa sih…. ?”
Mbok Rondo Dadapan : “Iya… itu kerajaan mau mengadakan pesta dan Raden / Pangeran
mau mencari pendamping hidupnya.”
Mawar : “Terus, emak mau ikut begitu ?”
Mbok Rondo Dadapan : “Iya donk, masak emak kalah sama anak muda !” (centil)
Mawar : “Apa tidak malu ?” (heran)
Mbok Rondo Dadapan : “Kenapa mesti malu, tidak ada salahnya kan ?, suda-sudah jangan
banyak nanya labeih baik kamu bantu emak cari baju itu.”
Mawar : ”Iiiihh…. Emak cari sendiri aja… aku mau dandan juga…”
(sambil pergi ke kamar)
Mbok Rondo Dadapan : “Dasar anak centil.”
Karena sudah merasa lelah dan capek Mbok Rondo Dadapan marah-marah dan tiba-tiba teringat dengan Kirana.
Mbok Rondo Dadapan : “Huh… oya… Kirana dimana anak itu ?”
(Tanya Mbok Rondo Dadapan pada dirinya sendiri)
“Kirana……….“ (teriak)
Centini : “Ada apa sich mak teriak-teriak ?”
Mbok Rondo Dadapan : “Dimana Kirana ?”
Centini : “Aduh emak, ngapain sih cari anak itu ?”
Kemuning : “Ada apa sich ?”
Mbok Rondo Dadapan : “Emak lagi cari baju merahnya emak yang emak pake kemarin.”
Kemuning : “Kayaknya tadi dibawa Kirana untuk dicuci !”
Mbok Rondo Dadapan : ”Apa… ??? Terus sekarang dimana ?”
Centini : “Belum pulang, hanyut kalii…..”
Kemuning : “Buat apa sih mak ?”
Mbok Rondo Dadapan : “Emak mau ikut pesta nanti malam, kalian kalau mau ikut susul
mbak kamu di kamar lagi dandan.”
Centini : “Pesta… ?”
Kemuning : “Pesta apa ??”
Mbok Rondo Dadapan : “Kalau mau ikut susul Mawar sana…..”
Kemuning : “Ayo mbak…..” (menarik Centini)
Selepas Kemuning dan Centini pergi berdandan, tiba-tiba Kirana dating dengan keadaan basah kuyup dan ternyata baju yang dicari-cari Mbok Rondo Dadapan masih basah dan terlihat masih kotor. Mbok Rondo langsung marah-marah.
Mbok Rondo Dadapan : “Heh… anak manja, kemana saja kamu ini ??”
Kirana : “Ma’af bu… tadi saya nyuci baju.”
Mbok Rondo Dadapan : “Nyuci baju atau tidur di sungai kamu ini ??? basah kuyup kayak
gitu..”
Kirana : “Ma’af bu… tadi tidak sengaja baju ini hanyut sampai ke bawah.”
(sambil memperlihatkan baju yang masih basah)
Mbok Rondo Dadapan : “Apaaa….??? dasar anak bodoh, ini kan mau aku pakai Kirana…,
nyuci baju aja nggak becus… dasar nggak tahu berterima kasih
kamu ini !!!” (dengan tekanan tinggi)
Kirana : “Ma’af bu, ma’af…” (sambil duduk tersipu)
Mbok Rondo Dadapan : “Sudah-sudah nggak ada ma’af bagi kamu… sebagai
hukumannya kamu pergi dari sini dan jangan kembali lagi. Aku
benci sama kamu !!!”
(murka Mbok Rondo)
Kirana : “Tapi… bu… aku tinggal dimana kalau tidak disini ?”
Mbok Rondo Dadapan : “Aku nggak mau tahu… cepat pergi dari sini, jangan perlihatkan
muka polos kamu itu !!!”
Kirana : “Baiklah bu…. Aku akan pergi…“
Mawar : “Tunggu….., ini ada yang ketinggalan (sambil melemparkan buntelan pakaian
Kirana), ini…….”
Centini : “Ada algi mbak…. Kotak jelek ini jangan sampai mengotori rumah kita lagi.”
Kirana : (menangis dan meninggalkan mereka)
Ditengah Kirana berjalan, Kirana teringat dengan kata-kata nenek yang tai siang dan segera saja Kirana pergi ke tempat tinggal nenek tersebut.
Di istana, pesta tengah dimulai, banyak wanita-wanita dan gadis-gadis yang datang, akan tetapi tidak ada satupun gadis yang bias memikat hati Panji. Mbok Rondo Dadapan dan ketiga putrinya sangat kecewa. Mereka pulang dengan cemas dan tidak akan mengikuti pesta semacam itu lagi.
Sementara itu Raja dan Ratu kecewa, karena tak ada satupun wanita yang berhasil memikat hati sang pangeran. Akhirnya Panji memutuskan untuk melakukan sayembara suatu tempat guna mencari pujaan hatinya, dan itu dilakukan keesokan harinya.
Pagi datang, Kirana dan Nyai Buto Ijo akan pergi berbelanja ke pasar.
Nyai Buto Ijo : “Kirana, mungkin nanti sore Kyai Buto Ijo sudah datang ke rumah, jadi sekarang
antar nenek ke pasar untuk berbelanja ya….”
Kirana : “Iya n ek…. Sudah bertahun-tahun Kirana tidak ke pasar.”
Nyai Buto Ijo : “Ya, kamu siap-siap dulu dech.”
Kirana : “Baik nek….”
DI PASAR
Nyai Buto Ijo : “Benda apa itu kirana ?”
Kirana : “Ini kotak musik kesayangan Kirana , dan ini adalah masa depan Kirana.”
Nyai Buto Ijo : “Kita ke penjual sayur dulu ya…. Di sana !”
Kirana : “Iya , nek dan kelihatannya masih segar-segar sayuran itu !”
Tiba-tiba ketika Nyai Buto Ijo dan Kirana hendak menyebrang ada beberapa perampok yang mengambil kantong uang yang di bawa Nyai Buto Ijo.
Kirana : “Nenek…….!!”
“Tolong-tolong ada perampok.”
(Kirana panik)
Nyai Buto Ijo : “Nenek tidak apa-apa Kirana.”
Kirana : “Tapi…. Perampok itu….”
Nyai Buto Ijo : “Biarlah……”
Tiba-tiba Panji dan Sapdo Palon yaitu pengawal Panji datang menghampiri.
Panji : “Kalian tak apa-apa ?”
Kirana : “Iya tuan kami taka pa-apa.”
Panji : “Aku tadi berusaha mengejar perampok itu dan ini.” (sambil memberikan
kantong uang)
Kirana : “Terima kasih banyak tuan.”
Nyai Buto Ijo : “iya, terima kasih anak muda.”
Panji : “Iya… sama-sama, dan sepertinya kalian harus pulang mari aku antar.”
Nyai Buto Ijo : “Tapi, kami harus berbelanja guna untuk makan nanti.”
Kirana : “Biar aku yang belanja, kesana….”
Panji : “Baiklah, nenek kita menunggu cucu nenek dibawah pohon itu saja sambil
berteduh…..”
Nyai Buto Ijo : “Baiklah…”
Sapdo Palon : “Tuan, sebaiknya kita untuk malam ini menginap di rumah nenek ini saja.”
Panji : “Akupun juga berfikir seperti itu.”
Sapdo Palon : “Biar aku yang bilang.”
Sapdo Palon : “Nenek, kami mau berburu ke hutan seberang, akan tetapi kami butuh waktu
untuk beristirahat malam ini. Dan apakah kami bleh ikut nenek !”
Nyai Buto Ijo : “Tentu saja, sebagai ucapan terima kasih nenek, kalian boleh tinggal
seberapapun kalian mau.”
Ditengah perbincangan Nyai Buto Ijo dan Sapdo Palon, Panji melihat sebuah benda kotak yang dibawa Nyai Buto Ijo.
Panji : “Ma’af nek, boleh saya melihat kotak itu .”
Nyai Buto Ijo : “Iya… ini milik Kirana.”
Panji : “Kirana…. ?”
Nyai Buto Ijo : “Iya. cucu nenek yang tadi itu.”
Panji : “Boleh saya memegangnya sebentar saja.”
Nyai Buto Ijo : “Tentu saja, anak muda.”
Panji sangat yakin kotak musik itu adalah pemberiannya kepada seorang gadis dimasa kecilnya. Dan untuk membuktikannya Panji mengambil kuncinya, dan ternyata benar.
KIRANA DATANG
Panji : “Galuh Candra Kirana.”
Kirana : “Bagaimana mungkin kamu mengetahui namaku…..?”
Panji : “Kotak musik ini.”
Kirana : (kaget). “Panji Inu Kertapati ?”
Panji : “Ya… benar ini… aku Kirana.”
Kirana : “Panji !” (memeluk Panji)
Nyai Buto Ijo : “Kirana, siapa nama kamu ?”
Kirana : “Galuh Candra Kirana, nek…. !”
Nyai Buto Ijo : “Oh… tuhan, aku tidak percaya ini.”
Kirana : “Kenapa nek ?”
Nyai Buto Ijo : “Kamu ingat nama ini “Dewi Kinsuli” ?”
Kirana : “Apa ? jadi nenek…??”
Nyai Buto Ijo : “Oh…. tuhan kamu anakku… !”
Kirana : “Ibu………” (memeluk Nyai Buto Ijo)
Sapdo Palon : “Ini benar-benar keajaiban, sang ibu bertemu dengan anaknya, sepasang kekasih
telah dipertemukan kembali..”
Panji : “Puitisnya kumat.”
Kirana, Nyai Buto Ijo dan Panji : (tertawa bersama-sama)
Akhirnya, Nyai Buto Ijo atau Dewi Kinsuli pulang kembali ke kerajaan dan Kirana dan Panji menikah dan bahagia untuk selamanya.