Senin, 29 Oktober 2012

Habis upacara HUT PMI ke 67 ^_^
Kebersamaan tercipta disini, tak membeda-bedakan usia, jabatan dan kelas.
semuanya tercermin dari gambar ini, semuanya berbaur jadi satu.

Kerjasama meningkatkan kemajuan bersama adalah kunci untuk meraih mimpi yang di jalin bersama-sama.

Do'a dan harapan tetap berlimpah meskipun hasilnya tak pernah kita ketahui dari sekarang, yang penting kita mampu untuk memperjuangkan apa yang kita mau dan apa yang kita inginkan untuk raih impian dimasa depan dan mulai diperjuangkan dimasa sekarang.

Mudah sekali untuk kita meraih mimpi dengan tangan yang terbuka.
Marilah kita perjuangkan mimpi kita tuk dapatkan apa yang kita mau dan kita inginkan.
Jangan menyerah sebelum dapatkan.
SEMANGAT 2012 !

Cerpen-Sosok Hitam Di sudut Dapur

 ###

Hari itu berjalan seperti biasa di sekolah, hari itu bertepatan dengan hari sabtu dan hari sabtu ini ada salah satu mata pelajaran di kelas akan ada ulangan dan betapa cerobohnya aku ini, aku tidak belajar sama sekali..(benar-benar rileks).
“Rin, kamu sudah belajar untuk ulangan nanti apa belum ?” Tanyaku.
“Belum, Sri. Aku tidak belajar sama sekali ! , Gimana mau belajar tadi malem asyik lihat pacarku Rafael ngedance . (hihihihihihi)” jawabku.
“Waduh , Rin .. bagaimana ini ? lha aku nyontek siapa donk kalau kamu tidak belajar ?”
“Emang bisa kalau ulangannya Bu Ana nyontek , mimpi kamu Sri ?”
          Kemudian Intan dan Rosa datang menghampiri kami
“Hayoo.. ngomongin siapa ?, jangan nggosip kalian ?” tegur Rosa
“Iya nich serius banget , lagi ngomongin siapa sih?” Tanya Intan
“Waduh.. kalian ini orang lagi suntuk mikirin ulangan matematika nudu yang ngga-nggak .” kataku
“Ya udahlah.. aku juga nggak belajar , santai..” kata Rosa
“Sudahlah , tidak usah berdebat lagi kalau nggak belajar siap-siap remidi. Gampang kan?” kata Intan
“Ngomongnya gampang ngejalaninnya itu yang sulit !” bantah Rina
          Ditengah perbincangan itu , tiba-tiba sosok Salasatun yang dengan wajah misterius dan dia adalah siswi kesangan Bu Ana yaitu gugu matematika yang garang di kelasku , masuk ke dalam kelas dan datang menghampiri kami yang sedang gentar.
“Teman-teman tidak boleh ngomongin guru , bisa-bisa ilmu kalian tidak bermanfaat lo..” katanya
“Hufh.. anak ini kumat dech” celotehku pelan
“Sudah-sudah, dari pada pusing makan di kantin yuk aku lapar nih” ajak Rosa
“Iya..ayo aku ikut..”sambung Intan

***

          Tak terasa bel pulang sekolah telah berbunyi “Krriiiiiiiiiiinnnnnnngggggg..!” semua siswa dan siswi keluar kelas masing-masing dengan wajah menunjukkan ceria kecuali di kelasku yang keluar dengan muka masam dan bertanya-tanya tentang hasil ulangannya nanti.
“Huh.. aku benar-benar tidak bisa ,semuanya lupa, semuanya blank ,apa sih rumusnya logaritma itu..?” kataku
 “Aku juga , es talah santai aja kalau remidi dijalani aja lo..” hibur Rosa
“ya udah, pulang aja yuk “ ajakku
          Tak lama kemudian tibalah kami di ujung pintu masuk sekolah. Dan ternyata mobil Toyota avansa berwarna putih mengkilat telah menunggu kepulangan Rosa.
“Aku duluan ya Sri..” kata Rosa
“Iya .. hati-hati ya..” kataku
“Daaa..”
“Daaa..”

          Beberapa menit kemudian ayahku datang dengan motor bututnya dengan suara yang khas dan memecahkan kesunyian dalam keramaian siswa-siswi yang juga sedang menanti jemputan datang.
Langsung saja , aku bersemangat sekali duduk di belakag ayahku dengan posisi menyamping . kemudian ayah memutar motornya membalik kebelakang dan “nggeennggg….” Motor melaju dengan tegasnya.
          Aku sampai di rumah dengan selamat , sembari memikirkan apa yang akan terjadis aptu depan , “uhhh… tidak bisa terbayangkan olehku”
Sesampainya di rumah, aku meletakkan tas yang begitu berat diatas meja belajarku yang begitu penuh sesak oleh tumpukan kertas dan buku-buku yang tidak terkonsep letaknya. Kemudian, aku melepas seluruh seragam sekolah dan berganti dengan pakaian sehari-hari.
          Aku mencari-cari remote tv kesayanganku yang setiap hari menemaniku saat sedang jenuh dan saat bersantai-santai setelah pulang sekolah seperti ini.
Ditengah santaiku yang sedan asyik menyaksikan acara televise yang kebetulan adalah drama FTV, tiba-tiba saja handphone ku berbunyi tanda ada telepon masuk yang di layar tertuliskan “mama.x Rosa”. Yaitu ibu dari salah satu sahabatku. Langsung saja aku mengangkat teleponnya.
“Halo.. Assalamu’alaikum, tante!”
“wa’alaikumsalam(dengan nada seperti menagis tersedu-sedu). Ini benar dengan Sri?”
“Iya.. tante ini saya sendiri. Ada apa tan? Kelihatannya tante sangat sedih?”
“begini Sri . mobil yang tadi menjemput Rosa mengalami kecelakaan hebat dannn..(terputus)”
“kenapa tante, ada apa dengan Rosa ?” tanyaku panic
“Ros.. Rosa (tersedu), Sri.. dia mengalami luka yang sangat serius daann..(terputus)”
“Dan apa tante ?” tanyaku serius
“Dan Rosa tak terselamatkan, Sri ..” (menangis terisak-isak)
“Aapaa?? Rosaaa!!!” sepontan saja aku lansung kaget dan lansung menangis mendengar kabar itu.
“Ya sudah tante , saya akan kesana sekarang”
“Iya Sri, saya tunggu..”
“Baik tante, assalamu’alaikum.”
“wa’alaikumsalam.”

          Sore itu di rumah Rosa begitu memilukan , isak tangis yang menderu-nderu memecah kesunyian yang terjadi pada saat itu. Jenazah Rosa terbujur kaku dipeti jenazah yang terletak di sudut ruang tamu yang kelihatan sangat luas karna perabotan ruang tamu yang telah disingkirkan.
          Ayat-ayat suci Al-Qur’an terdengar bersahut-sahutan menandakan kecintaannya kebada Rosa dan terlihat diluar rumah bendera kuning tanda duka telah tertancap  dan para pelayat berdatangan satu persatu ada juga yang berkelompok-kelompok, terlihat teman-teman sekolah beserta para guru turut hadir ke rumah Alm.Rosa.
Aku, Intan dan Rina , berusaha menenangkan tante Vivi yang tak lain adalah ibunda Alm.Rosa.
“Tante yang sabar yaa.. , kita harus iklas menerimaa takdir ini” kata Intan
“Terimakasih Intan. Kalian adalah sahabat-sabat terbaik Rosa , jika selama ini Rosa punya salah sama kalian ma’afkan Rosa ya.., tante tidak percaya dengan semua ini dia masih sangat muda.” Kata tante Vivi sembari mengelap air matanya.
“Tentu saja tante, kami semua mema’afkan Rosa. Rosa adalah anak yang baik buat saya.” Kataku
“Iya, tante..” sambung Rina

***
Prosesi perawatan jenazah Rosa telah sampai pada tahap akhir yaitu pemakaman .Kami  semua , para pelayat dan teman-teman sekelas berjalan berjalan beriringan menuju tempat peristirahatan terakhir Rosa. Pemakaman selesai, aku , Intan dan Rina kembali kerumah Alm.Rosa dan tante Vivi mengajak kami untuk menginap.
Hari sudah semakin gelap , jarum jam berjalan seiring wakyu. Aku , Rina dan Intan merasa sangat mengantuk akhirnya kami diajak tante Vivi untuk ke kamar dan tidur bersama.
Tepat pada pukul 00.01, aku terbangun dan ingin rasanya aku buang air kecil. Kebetulan aku sering sekali menginap di rumah Rosa. Jadi , aku pergi sendiri ke kamar mandi untuk buang air kecil. Kamar kecil di rumah Rosa terletak tidak jauh dari dapur dan tepatnya bersebelahan dengan dapur di rumah Rosa.
Aku keluar dari kamar tidur dengan tergopoh-gopoh dan tidak peduli keadaan gelap karna lampu juga telah dipadamkan.
          Karna sudah sangat kebelet , aku langsung mengarahkan pandanganku ke dapur, saat aku hendak masuk ke dapur yang saat itu pintunya tertutup rapat dan pandangan mataku tidak terlepas dari sudut dapur yang merupakan tempat bertengger kamar mandi. Dan tiba-tiba “Aaaaaaaaaaaaa…” aku dikejutkan oleh sesosok hitam yang rupanya terlihat lusuh dan berdiri dengan santainya di sebelah kamar mandi persis. Entah apa atau siapa aku tidak mengetahuinya. Hasrat ingin buang air kecilpun langsung hilang karna aku benar-benar ketakutan. Kemudian, aku langsung kembali ke kamar tidur tanpa membangunkan kedua sahabatku dan tante Vivi dan aku tidur kembali.
          Saat itu yang terfikrkan dalam benakku adalah Alm.Rosa yang biasanya kata orang-orang jika dihantui seperti itu ingin berpamitan. Tapi, sudahlah..kemudian aku tidur kembali.
          Pagi pun tiba tante Vivi bangun duluan, kemudian aku susul dan aku lari terbirit-birit ke kamar mandi yang masih agak samar terlihat mataku karna cahaya juga tidak terlalu terang. Dan “Aaaaaa…” aku dikejutkan lagi oleh sosok seperti tadi malam. Kemudian , tante Vivi datang menghampiriku.
“Ada apa , Sri ?” Tanya tante Vivi
“Itu.. it.. ituuu…. Tante. Ross.. rosss… Rosaaaa…” kataku terbata-bata.
“Rosa..?” tante Vivi heran
“Ada apa ?” Intan datang terkejut
“Itu, ada Rosa di dapur”  jelasku
“Rosa..? mimpi kamu Sri !, mana ada sih orang yang sudah tenang di alam sana bisa hidup lagi” tegas Rina
“Di mana kamu lihat Rosa ?”  Tanya tante Vivi
“Di dapur tante!!”
          Kemudian kami pergi ke dapur bersama untuk memastikan benar atau tidak perkataanku. Cahaya muncul dengan terangnya.
“Mana Sri ?” Tanya tante
“It.. itu, di sudut kamar mandi.”
“Heemmm…itu orang-orangan sawah yang dibuat ayah Rosa kemaren pagi.”
“Hhahahahahahaha…… “ Intan dan Rina tertawa terbahak-bahak
“Kamu ini ada-ada saja Sri . orang-orangan sawah dibilang Rosa. Rosa itu sudah tenan disana.” Kata Intan
“Hufhh…” keluhku tersipu malu.

          Ternyata sosok hitam di sudut dapur yang ku kira adalah penampakan hantu ternyata adalah orang-orangan sawah yang sengaja dibuat oleh paman Arman untuk membantu bertani padi.
“Hmmm… memang hantu itu takkan ada !!” kataku

Selesai

Minggu, 01 Juli 2012

Pembangun Jejak Abu-Abu Putih


Licentia 2012
Ada paribahasa kecil untuk membungkus kado
Paribahasa yang menjadi tali keluarga
Aku membungkus , me-lem Bahasaku dengan cinta
Cinta abadi nan tulus setia
Dengan tinta kecil berhiaskan 18 bait puisi
Paribahasaku berisi : 


  1. Ahmad Pungky Alvianto, dia adalah tajuk berwawasan dengan mata tak ada ekspresi. Mata tajamnya bergelanyut bagai alunan air dalam lautan bebas. Terbang untuk mencari tabir yang tersisip oleh kehumorisan yang mengundang dalam tawa. 
  2. Agustin Wulandari, si tembem berwajah humoris memberi makna terbakar dalam paribahasaku. Tawa canda selalu datang dengan serta merta dalam hari-harinya. 
  3. Anggita Putri Daniswari, pemberi makna estetika dengan prestasinya di bidang pewarisan anak bangsa. Dia adalah tabir surya yang telah terbangun dari mimpi sebuah makna halus dalam dirinya. Seorang Paskibraka pembawa bendera sang saka. 
  4. Cicik Sri Wulandari Ningtyas,  gadis yang memberi kesan seperti bunga yang enggan untuk memekarkan kuncupnya. Malu-malu seperti terkena terpaan angin dalam dirinya sehingga dia takut untuk memekarkan kelopak indahnya.
  5. Dea Noer Indah Wardani, si periang yang tak pernah bisa damai. Suaranya yang selalu memecah keheningan dengan tawa. Kiasan dalam dirinya selalu memberi makna dalam paribahasaku.
  6. Devi Astri Wardiningtyas, gadis Cina yang menawan dengan pesona menyerbak selalu memunculkan warna terselubung dalam paribahasaku. Tak kan lengkap paribahasaku jika tanpa si gadis Cina. 
  7. Fahrizal Afifudin, pemberi rasa manis untuk paribahasaku. Selalu memberikan gejolak makna indahnya rasa. Dunianya adalah simbol, simbol-simbol pembangun jejak masa depannya dengan rasa. 
  8. Heni Indah Kurniawati(Saya sendiri), si gadis  lugu namun  menyukai keindahan warna dalam cerita. Dalam paribahasa adalah sosok yang tertutup namun terbuka dengan tawa. Tak sedikitpun terpancar wajah murung, selalu menampakkan  keceriaan dengan realita sosial dalam lubuk hatinya.
  9. Husnia Damayanti, si gadis yang enggan membuka kelopak indah yang ia miliki. Tangguh sikapnya, ekspresi yang selalu hangat tercermin untuk dirinya. Terperdaya namun selalu tabah, kesabaran tampak menjadi filosofi teratur di setiap langkah dalam paaribahasaku. 
  10. Ika Agustin, gadis fantastic dan estetik. Kaki panjangnya untuk mengalunkan nada bait-bait lagu dari sebrang senantiasa melantunkan gerakan indah menggugah penyemangat jiwa, menyentuh setiap pergerakan mata-mata yang tak enggan untuk memandangnya. Alangkah menyeramkan jika memulai kembali dengan kata-kata pedas yang menusuk jiwa telinga pendengar setianya. 
  11. Merisa Surya Septian, gadis yang membawa rasa lampu penyeyuk untuk paribahasaku. Lambaian indah penuh arti dan tak memandang rahasia, siapa saja bisa menjadi malaikat  kecil untuk dia. Dewasa menyikapi keadaan, ramah tamah sikap manisnya menyegarkan paribahasaku. 
  12. M.Rusdi Amirullah, musisi pembawa dua benda tajam untuk pemukul alat gendering. bertambah selalu tingkah lakunya, senantiasa memberi makna keromantisan dengan kata-kata indah untuk setiap bunga yang ia temui. 
  13. Ratika Fratiwi, si gadis simple yang ingin mencapai mimpi dengan jejak langkah-langkah dunia Asia. Paribahasaku menjadi lengkap karna hadirnya dunia asing dari sebrang yang di bawa olehnya. Pemandu untuk senantiasa beraroma bijak namun ada kesenjangannya.
  14. Riski Pradestian Putra, si bola namun tinggi yang lucu, amat menyukai segala makna orang diatas umur. Tingkah lakunya selalu bisa dibaca dengan mata telanjang. Musisi dengan jari seribu hafal segala makna not lagu. Terkemuka dalam paribahasaku, tekenal di muka bumi pembelajaran paribahasaku. 
  15. Rofi’atul Maisaroh, si pendiam dengan seribu cerita. Tangan kirinya serba guna menghadapi apapun, tingkah laku halus dengan budi. Tak pernah dikira dia penyimpan seribu bahkan sejuta cerita yang tak pernah tersampaikan dan selau terpendam.
  16. Rosandra Dwi Setyo Ningrum, sosok tegas berwawasan luas, dengan pelangi dalam setiap fikirannya. Hidup memberi sinar terang untuk paribahasaku, dengan kacamata setengah centi lebih sedikit dia melantunkan setiap tutur kata dengan kecerdasan. 
  17. Sutri Indraningsih, gadis dengan tawa dan senyum ceria mencari-cari kebahagiaan yang indah. Tak gentar menghadapi guncangan-guncangan dasyat yang senantiasa menerpa hidupnya. Paribahasaku amat menyenangkan dengan suaranya dan dengan keanggunan tubuh yang dimilikinya.
  18. Zulfa Ika Fikriadi, gadis imut yang periang dengan sensasi hangat. Si kecil namun setiap katanya adalah tusukan tajam untuk hati yang kadang mendengar jeritan kata-katanya. Sosok pembangun dalam hatinya adalah makna lugas untuk paribahasaku, penjejuk jiwa pahlawan dengan keikhlasan.
 
Kado kecil untuk bahasa
Telah ku bungkus dengan cinta,
Cinta yang kan selalu abadi dalam dada
Pembagun singgahsana adalah meraka
18 bait penyangga adalah paribahasa
Mereka pembangun atas dunia fatamorgana
Fatamorgana indah dengan 18 syair indah
Pembangkit suara jiwa-jiwa diantara tawa
Pelangi mimpi dengan cinta
Ku bungkus kadoku bersama
Putihnya fatamorgana
Dalam meraih dunia dengan mimpi
Wujudkan istana pembangun jejak langkah