Minggu, 01 Juli 2012

Pembangun Jejak Abu-Abu Putih


Licentia 2012
Ada paribahasa kecil untuk membungkus kado
Paribahasa yang menjadi tali keluarga
Aku membungkus , me-lem Bahasaku dengan cinta
Cinta abadi nan tulus setia
Dengan tinta kecil berhiaskan 18 bait puisi
Paribahasaku berisi : 


  1. Ahmad Pungky Alvianto, dia adalah tajuk berwawasan dengan mata tak ada ekspresi. Mata tajamnya bergelanyut bagai alunan air dalam lautan bebas. Terbang untuk mencari tabir yang tersisip oleh kehumorisan yang mengundang dalam tawa. 
  2. Agustin Wulandari, si tembem berwajah humoris memberi makna terbakar dalam paribahasaku. Tawa canda selalu datang dengan serta merta dalam hari-harinya. 
  3. Anggita Putri Daniswari, pemberi makna estetika dengan prestasinya di bidang pewarisan anak bangsa. Dia adalah tabir surya yang telah terbangun dari mimpi sebuah makna halus dalam dirinya. Seorang Paskibraka pembawa bendera sang saka. 
  4. Cicik Sri Wulandari Ningtyas,  gadis yang memberi kesan seperti bunga yang enggan untuk memekarkan kuncupnya. Malu-malu seperti terkena terpaan angin dalam dirinya sehingga dia takut untuk memekarkan kelopak indahnya.
  5. Dea Noer Indah Wardani, si periang yang tak pernah bisa damai. Suaranya yang selalu memecah keheningan dengan tawa. Kiasan dalam dirinya selalu memberi makna dalam paribahasaku.
  6. Devi Astri Wardiningtyas, gadis Cina yang menawan dengan pesona menyerbak selalu memunculkan warna terselubung dalam paribahasaku. Tak kan lengkap paribahasaku jika tanpa si gadis Cina. 
  7. Fahrizal Afifudin, pemberi rasa manis untuk paribahasaku. Selalu memberikan gejolak makna indahnya rasa. Dunianya adalah simbol, simbol-simbol pembangun jejak masa depannya dengan rasa. 
  8. Heni Indah Kurniawati(Saya sendiri), si gadis  lugu namun  menyukai keindahan warna dalam cerita. Dalam paribahasa adalah sosok yang tertutup namun terbuka dengan tawa. Tak sedikitpun terpancar wajah murung, selalu menampakkan  keceriaan dengan realita sosial dalam lubuk hatinya.
  9. Husnia Damayanti, si gadis yang enggan membuka kelopak indah yang ia miliki. Tangguh sikapnya, ekspresi yang selalu hangat tercermin untuk dirinya. Terperdaya namun selalu tabah, kesabaran tampak menjadi filosofi teratur di setiap langkah dalam paaribahasaku. 
  10. Ika Agustin, gadis fantastic dan estetik. Kaki panjangnya untuk mengalunkan nada bait-bait lagu dari sebrang senantiasa melantunkan gerakan indah menggugah penyemangat jiwa, menyentuh setiap pergerakan mata-mata yang tak enggan untuk memandangnya. Alangkah menyeramkan jika memulai kembali dengan kata-kata pedas yang menusuk jiwa telinga pendengar setianya. 
  11. Merisa Surya Septian, gadis yang membawa rasa lampu penyeyuk untuk paribahasaku. Lambaian indah penuh arti dan tak memandang rahasia, siapa saja bisa menjadi malaikat  kecil untuk dia. Dewasa menyikapi keadaan, ramah tamah sikap manisnya menyegarkan paribahasaku. 
  12. M.Rusdi Amirullah, musisi pembawa dua benda tajam untuk pemukul alat gendering. bertambah selalu tingkah lakunya, senantiasa memberi makna keromantisan dengan kata-kata indah untuk setiap bunga yang ia temui. 
  13. Ratika Fratiwi, si gadis simple yang ingin mencapai mimpi dengan jejak langkah-langkah dunia Asia. Paribahasaku menjadi lengkap karna hadirnya dunia asing dari sebrang yang di bawa olehnya. Pemandu untuk senantiasa beraroma bijak namun ada kesenjangannya.
  14. Riski Pradestian Putra, si bola namun tinggi yang lucu, amat menyukai segala makna orang diatas umur. Tingkah lakunya selalu bisa dibaca dengan mata telanjang. Musisi dengan jari seribu hafal segala makna not lagu. Terkemuka dalam paribahasaku, tekenal di muka bumi pembelajaran paribahasaku. 
  15. Rofi’atul Maisaroh, si pendiam dengan seribu cerita. Tangan kirinya serba guna menghadapi apapun, tingkah laku halus dengan budi. Tak pernah dikira dia penyimpan seribu bahkan sejuta cerita yang tak pernah tersampaikan dan selau terpendam.
  16. Rosandra Dwi Setyo Ningrum, sosok tegas berwawasan luas, dengan pelangi dalam setiap fikirannya. Hidup memberi sinar terang untuk paribahasaku, dengan kacamata setengah centi lebih sedikit dia melantunkan setiap tutur kata dengan kecerdasan. 
  17. Sutri Indraningsih, gadis dengan tawa dan senyum ceria mencari-cari kebahagiaan yang indah. Tak gentar menghadapi guncangan-guncangan dasyat yang senantiasa menerpa hidupnya. Paribahasaku amat menyenangkan dengan suaranya dan dengan keanggunan tubuh yang dimilikinya.
  18. Zulfa Ika Fikriadi, gadis imut yang periang dengan sensasi hangat. Si kecil namun setiap katanya adalah tusukan tajam untuk hati yang kadang mendengar jeritan kata-katanya. Sosok pembangun dalam hatinya adalah makna lugas untuk paribahasaku, penjejuk jiwa pahlawan dengan keikhlasan.
 
Kado kecil untuk bahasa
Telah ku bungkus dengan cinta,
Cinta yang kan selalu abadi dalam dada
Pembagun singgahsana adalah meraka
18 bait penyangga adalah paribahasa
Mereka pembangun atas dunia fatamorgana
Fatamorgana indah dengan 18 syair indah
Pembangkit suara jiwa-jiwa diantara tawa
Pelangi mimpi dengan cinta
Ku bungkus kadoku bersama
Putihnya fatamorgana
Dalam meraih dunia dengan mimpi
Wujudkan istana pembangun jejak langkah